Pages

21 June 2013

Buya Hamka: Apakah Perlunja Iman Kepada Allah Bagi Suatu Bangsa?

Buku Hamka - transformatif 

Diwaktu otak manusia djernih dan bersih, tidak tertjampur kesombongan dan tidak hanja pertjaja kekuatan diri sendiri jang kerapkali salah itu, timbullah dalam hatinja perasaan, bahwa ada jang mengatur alam ini. Pengakuan atas adanja jang mengatur alam, adalah pengakuan asli manusia. 

Perasaan itu mesti timbul bilamana dia memperhatikan alam seisinja. Bertambah perhatiannja, bertambah terbuka hidjabnja-hidjab jang tertutup adalah pada ilmu jang belum sampai, masih ditengah perdjalanan.

Setengah manusia jang sombong ditjukupkannja sadja perasaannja sehingga ilmu jang tanggung, dan setengahnja pula sudah terasa dihati sanubarinja bahwa memang ada jang mendjadikan alam, tetapi tidak dinjalakannja perasaannja itu lantaran kalau dia pertjaja dengan „Jang Mendjadikan", mesti dia disebut orang beragama, sedang beragama itu menurut aturan sekarang, adalah kolot.

Memang ada jang mendjadikan alam. Tentang namanja itu adalah menurut perasaan sendiri-sendiri. Boleh dinamai "Jang Mendjadikan", "Jang Menjusun", "Jang Mengatur", "Jang lebih berkuasa". Oleh agama, nama itu disimpulkan didalam satu perkataan jaitu: Allah !

Dengan keterangan2 itu dapat dipaham, bahwa Allah memandang dan mendjaga tiap2 diri hambanja. Tiap-tiap kita ini dalam tilikan Tuhan, dalam lindungNja. Kalau demikian tjita Allah kepada kita, djadi siapakah kita ini mestinja, wahai tuan-tuan?

Wahai orang-orang jang menjerukan kebenaran, jang berniat hendak memadjukan bangsa dan tanah airnja.

Wahai orang-orang jang tidak sajang darah dan njawa untuk mentjapai bahagia dan kemerdekaan; jang hendak melepaskan aniaja dan belenggu, jang hendak menegakkan keadilan dan kebenaran!

Dengarlah madahku, aku hendak menundjukkan suatu djalan supaja maksud jang mulia itu tertjapai !

Terangkanlah kepada orang banyak, kepada pendengar-pendengar pidatomu, kepada pembatja-pembatja tulisanmu, kepada rakyat jang sudi mengikutmu; terangkanlah kepada mereka, bahwa Allah senantia-a melihat dan mendjaga gerak-gerik mereka selama-lamanja.

Terangkanlah kepada setiap pemerintahan jang berdiri, berlaku adillah memerintah. Sebab kezaliman harus dipertanggung djawabkan dihadapan Jang Maha Kuasa !

Terangkan sampai terasa, kepada hakim-hakim, bahwa djika mereka menghukum dengan zalim, perkara ini kelak akan dibuka kembali dihadapan Allah.

Terangkan kepada orang berniaga, bahwa djika mereka menipu, tipuannja selalu dilihat Tuhan, tidakkah dia malu.

Terangkanlah kepada mereka semua, bahwa besar dan ketjil semuanja dalam pendjagaan dan tilikan Tuhan. Dengan djalan demikian akan tertjapailah oleh manusia bahagia dan kemenangan.

Wahai seluruh manusia jang tjinta akan tanah airnja, Jang ingin supaja bangsanja madju dan tanah airnja mulia! Pakailah kepertjajaan, supaja tertjapai kemuliaan jang diingini. Kalau tuan-tuan merasai lemah untuk memperbaiki otak angkatan jang sekarang, sebab telah terlalu rusak, perbaikilah otak angkatan jang akan datang, jaitu pemuda-pemuda.

Tidak ada kerugian suatu umat jang pertjaja bahwa manusia ini ada jang mendjadikan. Tetapi kepertjajaan, membangkitkan hati untuk mempertinggi budi pekerti, mempermulia kesopanan dan mendjauhkan diri dari perangai jang rendah, menurut ukuran tinggi rendah kepertjajaan itu.

Kalau tidak ada kepertjajaan, hidup tidak ada harganja lagi. Adalah manusia hidup laksana dimalam jang gelap, tidak ada harapan menunggu kedatangan fadjar, hatipun Lemahlah, kegiatan hilang.

Iman adalah sumber kekuatan hati, sumber keindahan alam pada penglihatan mata. Iman menjebabkan hidup mempunjai maksud dan tudjuan, sehingga timbullah minat mentjapai maksud dan mengedjar tudjuan itu. Iman menimbulkan tjita-jita untuk beroleh gandjaran dan pahala diatas pekerdjaan jang dikerdjakan. Tidak beriman membawa kepada tegak hidup jang tidak bersendi, membawa keberanian merusak dan sewenang-wenang kepada sesama manusia.

Ketahuilah, bahwa nafsu pantang kerendahan, hawa pantang kekurangan. Kalau tidak ada iman akan menghambat langkah dan djalannja, tjelakalah dia. Iman bahwa diri dan alam ada jang mengatur, ada jang mengintip dan ada jang memperhatikan. Jang berkuasa menurunkan bahagia dan bentjana kepada manusia, pada suatu kehidupan sesudah kehidupan jang sekarang.

Kepertjajaan inilah jang menghambat manusia dari aniaja, chizit, chianat, loba, jang kuat menganiaja jang lemah, jang tjerdik mendjual jang bodoh. Kepertjajaan ini pula jang membela kebenaran sampai tegak dengan teguhnja.

Kalau masih terdapat orang jang mengaku beriman, pada hal belum terhambat dari pada dirinja kedjahatan itu, tanda imannja baru hingga pengakuan. Alangkah mudahnja mengaku dan alangkah sukarnja melakukan?

Ada jang berkata: Djika maksud agama hendak mendidik manusia berperangai baik, sedang saja telah berperangai baik, tidak mentjuri, tidak berzina, tidak menganiaja, apa guna saja beragama lagi ?

Itujah orang jang hendak lari dari agama, tetapi masih tak dapat melepaskan ikatan agama dari dirinja. Sebab, siapakah jang lebih dahulu dari agama, jang menerangkan bahwa mengambil hak milik orang lain dinamai mentjuri?

Siapakah jang menamai perhubungan diluar nikah zina? Dan siapakah jang mengatakan merampas hak milik orang lain menganiaja?

Apakah salahnja kalau orang jang bertanja itu mentjuri supaja anaknja makan ?

Apakah salahnja zina, padahal alam mendjadikan manusia laki2 dan perempuan sama-sama mempunjai alat buat bersetubuh?

Apakah salahnja menganiaja?

Bukankah manusia berkuat-berlemah ?

Kalau semuanja itu salah, siapakah jang mengatakan salah?

Didjawab: Kemanusiaan !

Kalau itu jang dikatakan kemanusiaan, apakah bedanja dengan agama? Apakah jang memberatkan tuan menamainja agama?

Bukan fanatik kalau kita katakan bahwa dunia jang telah morat-marit ini akan kembali kepada djajanja, mentjapai suatu perdamaian besar, djika iman dihidupkan.

Agamalah sebab bahagia diri dan bahagia masjarakat, menegakkan pergaulan hidup atas asas perdamaian dan ketjintaan. Jaitu agama jang tidak tertjampur dengan churafat dan bid'ah manusia, untuk mentjapai bahagia dunia dan achirat.

Untuk kesentosaan perikemanusiaan!** Dikutip dari Tasauf Modern

No comments: