Pages

12 July 2013

Catatan Lebaran: Mudik kemana?

Mudik, tradisi Indonesia.
Dalam satu kesempatan sholat jumat, seorang khatib menceritakan tentang galaunya Nabi Adam as. dan kerinduannya yang mendalam akan kampung halaman. Sepanjang hayatnya beliau tidak pernah melupakan kampung halaman nan asri dan penuh kedamaian. Setiap kali ada kesempatan, dengan dipayungi bintang-bintang gemerlapan dan bulan purnama, Adam as. menceritakan kepada anak-anaknya perihal rumah dan kampung asal mereka semua. Sebuah tempat yang tidak ada taranya di dunia ini. 

Adam mengajak keluarganya untuk mematuhi semua ketentuan dan syarat supaya bisa kembali ke kampung halaman. Meskipun sudah 'dibuang' dari kampung halamannya, Adam dan keturunannya diberikan syarat oleh Allah SWT jika ingin kembali ke kampung halaman, yaitu iman dan ketaqwaan.   

Dengan cerita ini, Adam dan Hawa sejatinya ingin melepas kerinduan akan rumah dan kampungnya, sekaligus ingin mengajak anak-anaknya untuk mempunyai ikatan batin dengan kampung halaman. Kampung tersebut digambarkan oleh Adam sebagai tempat terindah yang pernah diciptakan oleh Sang Maha Pencipta, penuh kedamaian dan pesona yang memikat seluruh panca indera.

Ketika Adam bercerita, gambaran kampung halaman digambarkan dengan ilustrasi terbaik dan real, karena Adam memang mengalaminya secara jasmaniah dan dalam keadaan sepenuhnya sadar, bukan mimpi atau pengalaman ruhiah semata. Gambaran fisik kampung halaman tersebut dan ilustrasi multidimensi diceritakan oleh Adam sama seperti ketika kita menggambarkan kampung halaman kepada anak-anak yang belum pernah mengunjunginya. 

Sehingga ketika Adam merindu surga, maka memori yang muncul dan cerita yang disampaikan bukan hanya satu dimensi, visual atau pendengaran, tetapi utuh sebagai sebuah pengalaman semua panca inderanya.

Ketika Adam dan Hawa wafat, kisah dibawah bulan purnama ini terus diceritakan oleh anak cucu mereka, dari generasi ke generasi. Namun seiring berjalannya waktu, secara perlahan-lahan cerita asal muasal manusia mulai dilupakan, termasuk generasi kita sekarang.

Gambaran surga, kampung halaman kita itu, sekarang hanyalah gambaran abstrak, yang bagi sebagian kecil orang hanya bikinan 'tokoh agama' untuk mengajak ummat mengikuti ajaran agama. Bagi yang membaca al-Quran dan belajar dari para Ulama, pemahaman mereka mungkin jauh lebih baik, namun masih hanya kumpulan puzzle yang tidak utuh.

Hakikatnya manusia memang sudah lupa dengan rumah asal kita. Manusia memang sudah durhaka dengan kampung halamannya. Setiap detik kita rela menghabiskan waktu untuk menghias dan memperindah pondok kita di dunia, dan makin lupa akan kampung kita yang sebenarnya.***12 July 2013.

No comments: